2014-04-08

Nasib Bangsa Indonesia Ada di Tangan Anda dalam Memberikan Suara Pemilu 2014



Pemilihan umum (pemilu) di Indonesia pada awalnya ditujukan untuk memilih anggota lembaga perwakilan, yaitu DPR, DPRD Propinsi, DPRD Kota/ Kabupaten. Setelah adanya amandemen keempat UUD 1945 pada tahun 2002, pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres) yang semula dilaksanakan oleh MPR, disepakati dipilih langsung oleh rakyat. Pilpres pertama dilaksanakan pada tahun 2004 dan dilaksanakan setelah pemilu berlangsung. Berdasarkan undang-undang Nomor 22 tahun 2007, pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah (pilkada) juga dimasukkan pada bagian pemilu. Pemilu dilaksanakan setiap lima tahun sekali, yang diikuti dengan pilpres sedangkan pilkada disesuaikan pada masing-masing daerah tetapi tetap dalam jangka waktu lima tahun sekali.
Sejarah Pemilu Indonesia
Pemilu pertama kali digelar di Indonesia pada tahun 1955. Pemilu pertama ini bertujuan untuk memilih anggota DPR dan konstituante. Diikuti oleh 29 partai dan individu. Pemilu berikutnya diadakan pada tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004, 2009. Jadi sampai saat ini Indonesia telah melaksankan pemilu 10 kali.
Pemilu tahun 1971 diikuti oleh 9 partai dan 1 organisasi massa. Lalu pada tahun 1975 pemerintah orde baru melakukan difusi partai hanya menjadi 2 yaitu Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Demokrasi Indonesia, serta 1 Golongan Karya. Sampai tahun 1997 hanya tiga peserta inilah yang mengikuti pemilu, dan Golongan Karya selalu menang.
Pemilu tahun 1999 adalah pemilu pertama setelah runtuhnya orde baru atau sering disebut era reformasi. Sistem pemilupun berbeda yaitu dengan diikuti oleh 48 partai. Sebagai pemenang baru yaitu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.
Pada tahun 2004, pemilu diikuti oleh 24 partai dan dimenangkan oleh Partai Golkar. Pemilu tahun 2004 adalah pemilu yang rumit dari pemilu sebelumnya. Karena harus memilih anggota DPR RI, DPRD Propinsi, DPRD Kota/Kabupaten dan DPD (Dewan Perwkilan Daerah). Dimana masing-masing memiliki kertas suara yang berbeda. DPD merupakan anggota perwakilan dari daerah (propinsi) bukan berasal dari partai tetapi individu.
Selain pemilihan anggota legeslatif, juga diadakan pemilihan presiden-wakil presiden. Pilpres ini dilaksankan setelah diadakannya pemilu.
Pada tahun 2009, pemilu diikuti oleh 38 partai dan 6 partai lokal (Nangroe Aceh Darussalam) dan dimenangkan oleh Partai Demokrat. Sistem pemilihan sama dengan tahun 2004, hanya aja perbedaannya adalah tata cara pemilihan. Jika pada pemilu sebelumnya dengan cara pencoblosan, pada tahun ini dengan cara pencontrengan.
 Kita (peserta) dan pemilu
Peserta pemilu tidak hanya partai saja. Pun demikian juga dengan pemilih itu sendiri. Tanpa adanya pemilih maka partai tidak akan menjadi apa-apa. Sistem negara kita yang menganut sistem demokrasi, maka pemilu merupakan ujung tombak dari segala macam aktivitas pemerintahan dan negara. Karena itu pemilu menjadi hal yang sangat penting untuk negara ini.
Pemilu sering disebut dengan pesta demokrasi, Penyebutan “pesta” ini mungkin menjadi daya tarik tersendiri untuk masyarakat. Dan juga sebagai ajang para politisi berpesta mengadakan acara-acara panggung bahkan sampai pawai di jalan-jalan.
Lalu seberapa penting pemilu untuk kita? Bukankah itu semua hanya untuk kepentingan politisi saja? Atau bahkan hanya untuk membuang-buang uang saja untuk berkampanye?
Penting atau tidak penting jawabannya adalah seberapa peduli kita terhadap bangsa ini. Terlepas dari banyaknya kasus KKN yang melanda banyak anggota legeslatif di partai-partai besar ataupun kasus-kasus kejahatan politik lainnya.
Kepedulian ini bisa kita rasakan sendiri dengan keadaan disekitar kita. Cobalah tengok jalan raya yang sering kita lewati saat menuju sekolah, kampus, kantor atau hanya sekedar membeli mie ayam di seberang jalan. Tengoklah lagi bagaimana kita asyik bermain gadget, internet, nonton TV atau mendengarkan radio berisikan lagu-lagu masa kini. Atau kita minum teh manis atau bahkan teh sepat, atau bahkan kita buang air kecil di toilet. Semua yang kita lakukan pasti berhubungan dengan pemerintah bahkan para politisi di Senayan.
Apa benar semua itu ada hubungannya? Jawabannya sangat jelas iya (itu bagi orang yang punya rasa peduli). Penjelasannya sangat sederhana, jalan raya yang setiap hari kita gunakan, siapa yang membuat? Jawabnya pasti pemerintah, walau mungkin dilaksanakan oleh pihak lain sesuai pemenang tender. Asyik bermain gadget, internet, menonton TV atau mendengarkan radio, siapa yang kemudian memberikan ijin gedget teranyar masuk ke indonesia (beacukai = pemerintah), sinyal internet (operator/swasta ijin tetap dari pemerintah), listrik (jelas PLN yang punya pemerintah). Lalu minum teh manis atau sepat, tergantung gulanya dari mana impor atau lokal, masalah harga penentunya juga pemerintah. Bahkan hal yang remeh temeh sekalipun, buang air kecil? Benarkah pemerintah juga ada pengaruhnya? Bagaimana dengan air yang kita gunakan PDAM (pemerintah), sumur (pakai pompa, pemerintah juga yang memberi ijin tu barang bisa sampai dipakai oleh kita), di sungai tak berpenghuni sekalipun, tanah ini tetap dimiliki oleh negara, ingat pasal 33 ayat 3 UUD 1945 “bumi, air dan kekayaan alam hhyang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Jadi, masihkah bertanya apakah kita harus peduli dengan Negara/pemerintah (kekuasaan)?
Kita haruslah peduli bahkan harus sangat peduli. Maukah kita ketika sedang asyik mandi, tiba-tiba air habis karena pemerintah mencabut pasal 33 itu karena air telah dikuasai oleh asing? Maukah kita ketika sedang asyik bermain facebook, twitter, path, instagram tiba-tiba sinyalnya hilang karena tanah untuk tiang pemancar operator seluler kita telah dijual ke Negara asing? Atau maukah kita ketika sedang sibuk menulis skripsi didepan computer tiba-tiba mati listrik karena PLN belum melunasi uang sewa tanah tempat tiang listrik dipancang kepada pihak asiing yang punya tanah ini? Maukah kita seperti itu? Mungkin itu hal yang kecil yang ada didepan mata kita. Lalu bagaimana dengan kekayaan bumi Indonesia yang sangat kaya raya dengan minyak bumi, batu bara, emas, bahkan tanah dan laut ini. Jika dengan suatu yang kecil saja tidak peduli, maka suatu yang sangat besar jauh tak akan kita pedulikan.
Saat ini rakyat kita sedang pada titik rendah kepercayaan dan kepedulian. Orang dengan mudah menghakimi ketika satu orang salah maka seluruh orang didalamnya salah, hal inilah yang diakibatkan karena kita tidak mau peduli. Kepedulian kita adalah kunci kebangkitan bangsa ini. Karena dari kepedulian kecil ini bisa memberikan kontribusi besar bagi bumi Indonesia. Salah satu acara terbaik adalah aktif dalam pemilu.
Aktif disini tentunya harus tahu dan paham apa tentang pemilu, sejarah pemilu dan juga yang paling penting adalah peserta pemilu. Sebagai generasi muda yang katanya lebih pandai dari orang-orang dulu, maka kita juga harus menunjukkan kepandaian kita dalam mengikuti pesta besar negara ini. Pandai memilah informasi (mencari info-info yang kita butuhkan), pandai mencerna informasi (meneliti info-info yang kita dapatkan), dan pandai menentukan siapa yang harus dipilih. Dan tentunya pillihan itu harus juga orang yang peduli dengan apa yang ada disekitarnya.
 Siapa pilihan kita?
Ketika berbicara pilihan hal yang paling utama tentunya sesuai dengan kriteria kebutuhan kita. Lalu bagaimana menentukan kriteria kebutuhan kita? Hal itu tentunya kita sendiri yang bisa menjawab. Namun bagi pemilih pemula kebanyakan masih bingung bahkan menentukan kebutuhan sendiri saja belum bisa. Untuk mempermudah kita memilih adalah berdasarkan pilihan orang-orang terdekat yang paham dengan pemilu (bukan orang-orang terdekat tapi sama-sama tak paham pemilu). Orang-orang terdekat inilah yang akan mengantarkan kita pada gerbang pemahaman yang baru. Ketika bertemu dengan orang lain yang juga dekat tetapi mempunyai perbendaan dengan yang sebelumnya, tentunya hal ini akan membuat kita lebih banyak info yang dapat kita pilah dan bandingkan mana yang terbaik.
Tentunya kita tidak mau dipimpin oleh orang yang hanya memikirkan kepentingan pribadi, kekuasaan pribadi, menjual sana sini kekayaan bumi ini untuk kepentingan pribadi. Atau malah kita salah memilih orang hanya karena dia ganteng/ cantik, terkenal, muda, kaya raya, tetapi ketika mereka menjadi salah satu perwakilan rakyat justru tengah asyik ke salon untuk mengubah ini itu, asyik jalan-jalan ke luar negeri untuk membeli barang-barang bermerk, yang justru tidak memikirkan kita sebagai pemilihnya.
Sebagai generasi muda yang pandai (dalam 3 hal diatas), kriteria yang mudah dan bisa diterapkan untuk kita pilih adalah bersih (dari korupsi), peduli (senantiasa melayani dikala pemilu ataupun tidak), amanah (bekerja dengan profesional). Itu kriteria utama dan penting. Dan yakinlah bahwa anak-anak bangsa ini masih banyak yang peduli yang mereka rela dan ikhlas maju ke arena pertempuran melawan kebatilan (tak tampak) untuk merusak bumi kita tercinta. Masih banyak anak-anak bangsa yang masih senantiasa memikirkan kebaikan rakyatnya.
 Pemilu 2014
Pemilu tahun ini diikuti oleh 12 partai nasional dan 3 partai lokal (NAD). Sistem pemilu masih sama dengan 2 periode sebelumnya. Pemilihan untuk anggota DPR RI, DPRD Proponsi, DPRD Kota/Kabupaten dan DPD. Dan tentunya dilanjutkan dengan pemiihan presiden. Dan untuk tata cara pemilihan ternyata kembali ke semula yaitu dengan pencoblosan.
 Banyak pengamat politik mengatakan bahwa tahun 2014 ini adalah tahun yang sangat panas bahkan beberapa partai menyatakan bahwa ini adalah tahun penentuan. Dan memanglah benar, kitalah para pemuda yang akan menentukan, peduli atau tidak. Jika peduli maka bergeraklah, jika tidak maka bangsa ini akan tetap menjadi bangsa yang “diam” terjajah oleh kerakusan anak-anak bangsa yang “berkepentingan”. Siapakah yang akan memenangkan pertarungan 9 April nanti? Kitalah yang menentukan. Kebaikan atau keburukan.
Ingaaattttttt……..!  Satu suara Anda ,menentukan nasib bangsa Indonesia.


Sumber :
disarikan dari sumber lain